Sabtu, 07 April 2012

Tradisis selapanan


oleh : joejo
Tradisi selapanan  sering dikenal dalam adat jawa. Tradisi Selapanan adalah suatu bentuk upacara selamatan kelahiran yang diselenggarakan pada waktu bayi telah berusia 35 hari, dan diisi dengan upacara pencukuran rambut dan pemotongan kuku jari bayi. Tidak jarang tradisi selapan ini dibarengi dengan prosesi aqiqah. Padahal aqiqah sendiri adalah ajaran Islam, yaitu penyembelihan hewan qurban berupa kambing pada hari ke tujuh dari kelahiran anak, untuk laki-laki 2 ekor kambing dan 1 ekor kambing untuk perempuan.namun pada kebanyakan masyarakat jawa yang mengadakan acara selapan dibarengi aqiqah dilakukan pada 35 hari setelah bayi lahir. dan pelaksanaan itu sendiri disesuaikan dengan hari weton yang berasal dari penanggalan Jawa yaitu: Pon, Wage, Kliwon, Legi dan Pahing dengan mengadakan kenduri. Upacara Selapanan bertujuan memohon keselamatan bagi si bayi.
Banyak tradisi – tradisi yang berbau mitos yang dilakukan pada saat prosesi selapan itu sendiri dilaksanakan. Contohnya saja dari bahan – bahan makanan yang digunakan pada saat mengadakan bancakan selapanan. Bahan – bahan tersebut diantaranya : Tumpeng weton, Sayur 7 macamm semua boleh dipotong kecuali kangkung dan kacang panjang, Telor ayam direbus sebanyak 7, 11, atau 17 butir, Cabai, bawang merah, Bumbu gudangan TIDAK PEDAS, Kalo/saringan santan dari bamboo, Buah-buahan sebanyak 7 macam , harus dengan pisang raja, Kembang Setaman, Bubur 7 rupa. Semua bahan – bahan tersebut harus ada dan tidak boleh ada yang tertinggal satupun.
Tidak hanya sampai disitu, tradisi yang sarat akan nilai filosofis jawa ini pun masih berlanjutg.  Yang pertama Tumpeng weton diletakan di kamar bayi, setelah itu didoakan baru boleh dimakan. Pada intinya bancakan dihaturkan untuk keselamatan si jabang bayi, mohon keselamatan kepada Tuhan YME, dan kepada yang “momong“, serta kepada para leluhur yang menurunkan agar selalu membimbing dan mengasuh.  Banca’an ini hendaknya dimakan minimal 7 , 11, atau 17 orang. 7 artinya pitu = pitulungan atau pertolongan. 11artinya sewelas = kawelasan atau belas kasih. 17 artinya pitulas = pitulungan dan kawelasan,. (sumber : sabdalangit.wordpress.com).
Lalu ada banyak tradisi yang kurang logis biasanya dilakukan pada kebanyakan orang “kejawen” lakukan pada tradisi ini, yaitu, membancaki tempat ari – ari bayi dan memberikan tumpeng kecil di tempat ari – ari bayi dikuburkan. Rambut cukuran si bayi dan air tempat menyucinya disiramkan di atas kuburan ari – ari bayi dan yang terakhir memberikan bunga dibawah tempat tidur si bayi. Namun sesuai perkembangan jaman tradisi – tradisi semacam itu sudah mulai ditinggalkan.
Meskipun berbau hal – hal tidak logis dan bersifat “ kejawen” namun tradisi selapan adalah tetap merupakan suatu tradisi yang harus dilakukan oleh masyarakat jawa tentunya. Namun banyak hal – hal yang harus diluruskan dalam tradisi ini apalagi bagi para muslim yang tidak pernah pernah mengenal ajaran menyembah atau memohon pertolongan dan keselamatan selain kepada  Allah SWT.  ada suatu ayat “Dan janganlah kamu memohon / berdo”a kepada selain Allah, yang tidak dapat memberikan manfaat dan tidak pula mendatangkan bahaya kepadamu, jika kamu berbuat hal itu maka sesungguhnya kamu dengan demikian termasuk orang-orang yang dzolim (musyrik)” (QS. Yunus, 106).  Jelas-jelas bahwa kita tidak sepantasnya meminta suatu hal selain kepadaNya saja. Takut dan berlindung hanya kepada Nya saja
Jadi dapat disimpulkan bahwa budaya meminta doa kepada orang lain, orang yang sudah meninggal, yang momong, dan sebagainya yang sering dilakukan didalam tradisi jawa seharusnya ditiadakan atau diganti dengan mendoakan mereka dan bukan meminta kepada mereka. Hal hal seperti selapanan contohnya akan bisa menjadi hal yang menyesatkan ajaran agama jika tidak diganti niatannya. Tradisi jawa memang harus selalu di lestarikan tapi seharusnya kita memahami dan mengarti tentang isi dari tradisi tersebut agar tidak terjerumus dalam kesesatan.   Islam masuk di Jawa melalui wali songo, dan mereka mengajarkan dengan cara halus, akulturasi, saat hindu masih subur di tanah Jawa. 35 hari, 100 hari, itu merupakan angka-angka hindu termasuk sesaji merupakan ajaran hindu. Mungkin itu sebabnya masih ada budaya hindu di kejawen.
Budaya kejawen disini menurut saya bisa berbahaya dan mengarah kepada paganism jika tidak diluruskan niatan dan tujuannya. Memang secara filosofi budaya Jawa memang sangat kuat,. Banyak hal hal yang menarik di budaya Jawa. Perlu kita lestarikan tradisi-tradisi yang baik. Namun harusnya tradisi – tradisi yang kental dengan unsure mitos itu dapat disikapi dengan keilmuan yang logis dan diluruskan dalam pelaksanaannya agar tidak menyimpang dari ajaran agama.